Hubungan Umur, Jenis Kelamin, Persepsi dengan Kejadian Penyakit Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Malifut Kabupaten Halmahera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Malaria merupakan salah satu
indikator dari keberhasilan pemerintah dalam Millenium Development Goal’s (MDG’s). Ada pun target yang harus
dicapai pada tahun 2015 adalah menghentikan penyebaran dan mengurangi kejadian
malaria. Hal ini dapat dibuktikan dengan berkurangnya angka kesakitan dan
kematian akibat malaria. Annual Paracite
Incidence (API) Nasional menunjukan adanya penurunan pada tahun 2008-2010 yaitu
dari 2,47 per 1000 penduduk menjadi 1,96 per 1000 penduduk. Pada tahun 2014
sesuai dengan Renstra Kemenkes tahun 2011, API diupayakan turun menjadi 1 per
1000 penduduk. (Kemenkes RI, 2011).
Pada tahun 2010 ditemukan sebanyak 1.800.000
kasus malaria di Indonesia. Sejak tahun 2007 upaya penanganan penyakit malaria
di Indonesia dilakukan dengan menggunakan indikator API. Hal ini sesuai dengan
kebijakan Kementerian Kesehatan tentang penggunaan suatu indikator untuk
mengukur angka insiden malaria, yakni dengan menggunakan API. Kebijakan ini
mengharuskan semua kasus malaria dilakukan pemeriksaan darah dan setiap kasus
yang didapati positif dilakukan pengobatan kombinasi atau Artemisinin-based Combination Therapies (ACT). Data yang ditemukan
berdasarkan API, wilayah Indonesia Timur termasuk wilayah dengan prevalensi
malaria yang tinggi. Wilayah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Jawa-Bali termasuk
wilayah dengan prevalensi malaria rendah, walaupun demikian masih ada sebagian
desa dengan kejadian malaria cukup tinggi. (Kemenkes RI, 2011).
Sejak
tahun 2006-2009 Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit malaria terjadi secara
berulang di pulau Kalimantan. KLB juga dilaporkan terjadi di pulau Jawa (Jawa
Tengah, Jawa Timur, dan Banten), Kalimantan Selatan, Sulawesi Barat, NAD,
Sumatera Barat dan Lampung dengan jumlah penderita 1.869 orang dan sebanyak 11
orang yang meninggal disepanjang tahun 2009. Sedangkan menurut data statistik
rumah sakit, angka kematian akibat malaria pada semua kelompok umur menurun
secara signifikan sejak tahun 2004 sampai tahun 2006 yaitu dari 10,61% menjadi
1,34%. Hal mengejutkan terjadi pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 angka
kematian meningkat bahkan mencapai dua kali lipat. Untuk mengetahui penyebabnya
perlu dilakukan evaluasi kembali. (Kemenkes RI, 2011).
Selanjutnya di Propinsi Maluku Utara
sejak bulan November 2002 sampai April 2003 terjadi KLB malaria di daerah
Maluku Utara. Data dari program malaria dinas kesehatan provinsi maluku utara
menunjukan sebanyak 273 orang meninggal dunia akibat malaria. Dinas kesehatan
kabupaten Halmahera Selatan mencatat kurang lebih 11.000 orang terjangkit
malaria dalam kurun waktu empat bulan dan angka kematian akibat penyakit malaria
sebanyak 204 orang. Hal ini juga diperparah dengan terbatasnya akses terhadap
pelayanan kesehatan, kondisi lingkungan yang buruk, serta pengetahuan masyarakat
yang masih terbatas terhadap upaya penanganan malaria. Dengan adanya KLB pada
tahun 2002-2003 Gubernur Provinsi Maluku Utara menginstruksikan pembentukan Malaria Center di lima kabupaten yang
ada di Propinsi Maluku Utara. Tujuan
pembentukan Malaria Center untuk
menyediakan kebutuhan obat-obatan, kelambu berinsektisida dan alat diagnosis
malaria. Pelayanan di Malaria Center
juga melakukan perpaduan pelayanan antara pelayanan malaria dan pelayanan bagi
ibu hamil dan balita. Selain itu, Pemerintah Propinsi Maluku Utara juga bekerja
sama dengan UNICEF dan Global Fund dalam memberdayakan masyarakat agar dapat
berpartisipasi secara langsung dalam upaya pemberantasan malaria. Salah satu
program yang dibuat adalah Participatory
Learning and Action (PLA). Program ini dibentuk sebagai sarana untuk melatih
kader-kader dalam menanggulangi malaria. Upaya yang dilakukan Pemerintah
Propinsi Maluku Utara dalam memerangi malaria cukup berhasil. Sejak tahun 2003
KLB penyakit malaria tidak terjadi dan kasus malaria di Halmahera Selatan mulai
menurun bahkan lebih dari 50%. (Anonim, 2010; Dinas Kesehatan Maluku Utara,
2010; Harijanto, 2010).
Data dari dinas kesehatan kabupaten
Halmahera Utara menunjukan sepanjang tahun 2009 ditemukan sebanyak 4.612 orang
yang terjangkit malaria. Pada tahun yang sama tercatat sebanyak 1.277 penderita
malaria yang datang berobat di Rumah Sakit Umum Daerah Halmahera Utara. Pada
triwulan I (pertama) tahun 2010 ditemukan 498 kasus malaria di Rumah Sakit Umum
Daerah Halmahera Utara dan 8 orang diantaranya meninggal dunia akibat penyakit
malaria. Selain itu, laporan dari klinik Hohidiai menunjukan pada tahun 2010
penderita malaria yang datang berobat ke klinik sebanyak 403 orang. Sedangkan
di Rumah Sakit Bethesda Tobelo pada tahun 2010 didapati sebanyak 742 penderita
malaria yang datang berobat. (Dinas Kesehatan Kabupaten Halmahera Utara, 2012).
Kecamatan Malifut termasuk daerah
endemis malaria. Data dari Puskesmas setempat menunjukan pada tahun 2009
terdapat 819 penderita malaria. Hal ini turut diperparah dengan terbatasnya
akses terhadap pelayanan kesehatan dimana jarak puskesmasnya yang jauh, masalah
enokonomi, serta sebagian masyarakat yang masih mengandalkan dukun dan
obat-obatan tradisional dalam pengobatan malaria. Selain itu aktivitas penambangan
di daerah ini juga turut memperparah kondisi kesehatan. Pada tahun 2010 terjadi
penurunan yang cukup signifikan dari tahun sebelumnya yaitu sebanyak 482
penderita malaria. Selanjutnya tahun 2011 terdapat 278 penderita malaria. Hal
ini tidak lepas dari kinerja petugas kesehatan di puskesmas dalam upaya promotif
dan preventif. (Puskesmas Malifut, 2012).
Hasil penelitian menunjukan anak-anak
usia dibawah lima tahun lebih rentan terjangkit malaria bahkan angka kematian
mencapai 70% pada anak usia dibawah lima tahun. (Depkes, 2011). Penelitian
dengan menggunakan metode case series oleh Yulius (2007) di Kabupaten Bintan Kepulauan Riau tahun
2005-2006 ditemukan 384 penderita malaria, 243 orang (63,3%) laki-laki dan 141
orang (36,7%) perempuan. Dalam penelitian ini terdapat hubungan yang berarti
antara jenis kelamin dengan kejadian penyakit malaria. Hal ini dapat dilihat
dari persentase perbandingan antara responden laki-laki dan perempuan. Begitu
juga dengan umur, kelompok umur 5-14 tahun 23 orang (6%), 15-44 tahun 326 orang
(84,9%), dan >45 tahun 35 orang (9,1%). Banyak penderita malaria yang
ditemukan pada rentang umur 15-44 tahun. Hal ini sejalan dengan penelitian
Afridah (2009), persentase penderita malaria juga ditemukan paling besar pada
rentang umur 15-19 tahun yaitu sebanyak 22,96% (1.438 orang). Dari data hasil
penelitian ini diketahui bahwa orang pada usia produktif cenderung terserang
penyakit malaria.
Menurut Mohammad (2000), faktor yang
turut berpengaruh dalam pelayanan kesehatan adalah persepsi individu/masyarakat
terhadap kualitas pelayanan. Persepsi masyarakat yang tidak baik terhadap
kualitas pelayanan petugas kesehatan berpengaruh pada tingginya jumlah
masyarakat yang tidak memanfaatkan berbagai fasilitas pelayanan kesehatan.
Persepsi tersebut sangat dipengaruhi oleh informasi yang didapat dari mulut ke
mulut serta pengalaman masa lalu. Hal ini sesuai dengan konsep persepsi yang
dikemukakan oleh Sarwono (1993) yakni persepsi merupakan pemikiran dari hasil
pengamatan sistem indera serta pengalaman masa lalu. Persepsi mempengaruhi
masyarakat untuk mengetahui dan memilih tindakan yang akan dilakukan dalam melakukan
pencegahan atau pengobatan penyakit malaria. (Notoatmodjo, 2003). Persepsi
mengenai penyakit malaria dikalangan masyarakat di wialayah kerja puskesmas
Malifut kecamatan Malifut umumnya bahwa penyakit malaria dapat menyebabkan
gangguan kejiwaan.
Teori Green (1980) mengemukakan bahwa
kepercayaan atau keyakinan yang menjadi kebiasaan dalam masyarakat berpengaruh
terhadap perilaku masayarakat. Dalam hal ini perilaku untuk mencegah terjangkit
atau mengobati penyakit malaria. Terdapat beberapa kepercayaan dalam masyarakat
mengenai penyakit malaria. Misalnya, meminum air kelapa muda dapat menyebabkan
penyakit malaria ataupun ada yang percaya penyakit malaria dapat disembuhkan
oleh dukun. Kepercayaan ini juga dijumpai dikalangan masyarakat di wilayah
kerja puskesmas Malifut kecamatan Malifut. Hal ini menentukan tindakan yang
akan diambil oleh masyarakat dalam upaya pengobatan atau pencegahan malaria.
Sampai saat ini data tentang kejadian
malaria berdasarkan umur dan jenis kelamin yang dihubungkan dengan persepsi dan
kepercayaan belum ada yang meneliti terutama untuk daerah Halmahera Utara.
Bertolak
dari uraian-uraian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang “Hubungan
Umur, Jenis Kelamin dengan Persepsi dan Kepercayaan Terhadap Kejadian Penyakit
Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Malifut Kecamatan Malifut Kabupaten
Halmahera Utara”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas,
masalah yang dapat dirumuskan adalah, “Apakah ada hubungan umur, jenis kelamin
dengan dengan persepsi dan kepercayaan terhadap kejadian penyakit malaria di
wilayah kerja puskesmas Malifut kecamatan Malifut kabupaten Halmahera Utara?”.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1
Tujuan Umun
Tujuan umum penelitian ini adalah
untuk mengetahui Hubungan Umur, Jenis Kelamin dengan Persepsi dan Kepercayaan
Terhadap Kejadian Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Malifut Kecamatan Malifut
Kabupaten Halmahera Utara.
1.3.2
Tujuan Khusus
1.
Untuk mengetahui Kejadian Malaria di
Wilayah Kerja Puskesmas Malifut Kecamatan Malifut Kabupaten Halmahera Utara.
2.
Untuk mengetahui Umur dan Jenis Kelamin
di Wilayah Kerja Puskesmas Malifut Kecamatan Malifut Kabupaten Halmahera Utara.
3.
Untuk mengetahui Persepsi dan
Kepercayaan di Wilayah Kerja Puskesmas Malifut Kecamatan Malifut Kabupaten
Halmahera Utara.
4.
Untuk mengetahui Hubungan Umur dan Jenis
Kelamin dengan Persepsi dan Kepercayaan Terhadap Kejadian Malaria di Wilayah
Kerja Puskesmas Malifut Kecamatan Malifut Kabupaten Halmahera Utara.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1
Bagi
Puskesmas
digunakan sebagai masukan bagi petugas kesehatan untuk meningkatkan pemahaman
tentang Hubungan Umur, Jenis Kelamin dengan Persepsi dan Kepercayaan Terhadap
Kejadian Malaria.
1.4.2
Bagi
Pendidikan digunakan sebagai sumbangan ilmiah dalam rangka
meningkatkan pelayanan yang berkualitas khususnya dalam penanganan penderita
malaria.
1.4.3
Bagi
Peneliti
digunakan sebagai bahan untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut.
Hubungan Umur, Jenis Kelamin, Persepsi dengan Kejadian Penyakit Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Malifut Kabupaten Halmahera Utara
Reviewed by Delfis Ditti
on
11:57 PM
Rating:
Tidak ada komentar: